40 hari Mbah Maridjan berpulang
Pada Sabtu (4/12/2010) ini, tepat 40 hari Mbah Maridjan berpulang. Istri, anak-anak, dan cucu-cucunya, serta puluhan warga Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman berkumpul untuk memperingatinya.
Dalam peringatan tersebut, ada spanduk besar bertuliskan: Peringatan 40 hari wafatnya syuhada Gunung Merapi. Syuhada berarti orang yang mati syahid, membela kebenaran ajaran agamanya. Perbuatannya disebut jihad. Jadi, terlepas dari pandangan pihak lain, keluarga dan tetangganya menganggap Mbah Maridjan meninggal di jalan Tuhan.
Peringatan untuk juru kunci Gunung Merapi itu berlangsung pukul 20.10 WIB di Karangjati, Dusun Gendeng, Desa Bangun Jiwo, Kasihan, Bantul. Tepatnya, di kediamannya Agus Wiyarto, anak angkat Mbah Maridjan. Ayat-ayat suci Al-Quran dikumandangkan oleh uztad melalui pengeras suara.
Puluhan warga duduk di bawah tenda dan sebagian lagi duduk lesehan di pinggir jalan itu mengikuti lafalan ayat yang diucapkan uztad. Kemudian asma Allah dikumandangkan terus menerus secara serentak.
Asih, putra Mbah Maridjan, masih sibuk menyambut kedatangan tamu. Begitu pula dengan Agus Wiyanto dan sanak keluarga lainnya. Di sudut ruang, Ponirah, istri almarhum Mbah Maridjan tampak khusuk mengikuti jalannya peringatan tersebut.
Sebelum acara peringatan 40 harian itu berlangsung, Ponirah sempat meladeni sejumlah orang yang ingin bercakap-cakap dengannya. "Mudah-mudahan mbah (Maridjan) diterima di sisi Allah," kata Ponirah tersenyum.
Dalam percakapan tersebut, Ponirah sempat menceritakan situasi terakhir saat ia mengunjungi Dusun Kinahrejo, Jumat, (03/12/2010), lalu. Ia mengunjungi dusun itu setelah menabur bunga di makam suaminya, di Srunen.
"Rumah dan masjid yang ada di sebelahnya sudah hancur dan tertutup pasir," kenang Ponirah dalam bahasa Jawa. Ponirah juga menceritakan pertemuan terakhirnya dengan suaminya, setelah dirinya pulang dari Bandung, Jawa Barat. Demikan pula, keadaan cucunya yang sekarang bersekolah di wilayah Condongcatur.
Menurut Asih, kemarin itu, ibunya Ponirah begitu terharu ketika menabur bunga di makam suaminya. Air matanya jatuh. Namun, ibunya itu tetap tegar menerima kenyataan.
Mereka mengunjungi makam dengan pengawalan dari tim SAR. Berangkat dari bawah sekitar pagi, mengendarai mobil off road. Karena medannya sulit ditempuh, perjalanan dilanjutkan dengan motor trail. Tiba di lokasi sekitar pukul 08.30 WIB.
"Saya, ibu, dan beberapa kerabat lain dibonceng tim SAR sampai ke makam. Kami mengunjungi makam di Srunen dan Sidorejo. Lalu dilanjutkan ke Kinahrejo," terangnya. Demikian catatan online Belajarblog80 tentang 40 hari Mbah Maridjan berpulang.
Dalam peringatan tersebut, ada spanduk besar bertuliskan: Peringatan 40 hari wafatnya syuhada Gunung Merapi. Syuhada berarti orang yang mati syahid, membela kebenaran ajaran agamanya. Perbuatannya disebut jihad. Jadi, terlepas dari pandangan pihak lain, keluarga dan tetangganya menganggap Mbah Maridjan meninggal di jalan Tuhan.
Peringatan untuk juru kunci Gunung Merapi itu berlangsung pukul 20.10 WIB di Karangjati, Dusun Gendeng, Desa Bangun Jiwo, Kasihan, Bantul. Tepatnya, di kediamannya Agus Wiyarto, anak angkat Mbah Maridjan. Ayat-ayat suci Al-Quran dikumandangkan oleh uztad melalui pengeras suara.
Puluhan warga duduk di bawah tenda dan sebagian lagi duduk lesehan di pinggir jalan itu mengikuti lafalan ayat yang diucapkan uztad. Kemudian asma Allah dikumandangkan terus menerus secara serentak.
Asih, putra Mbah Maridjan, masih sibuk menyambut kedatangan tamu. Begitu pula dengan Agus Wiyanto dan sanak keluarga lainnya. Di sudut ruang, Ponirah, istri almarhum Mbah Maridjan tampak khusuk mengikuti jalannya peringatan tersebut.
Sebelum acara peringatan 40 harian itu berlangsung, Ponirah sempat meladeni sejumlah orang yang ingin bercakap-cakap dengannya. "Mudah-mudahan mbah (Maridjan) diterima di sisi Allah," kata Ponirah tersenyum.
Dalam percakapan tersebut, Ponirah sempat menceritakan situasi terakhir saat ia mengunjungi Dusun Kinahrejo, Jumat, (03/12/2010), lalu. Ia mengunjungi dusun itu setelah menabur bunga di makam suaminya, di Srunen.
"Rumah dan masjid yang ada di sebelahnya sudah hancur dan tertutup pasir," kenang Ponirah dalam bahasa Jawa. Ponirah juga menceritakan pertemuan terakhirnya dengan suaminya, setelah dirinya pulang dari Bandung, Jawa Barat. Demikan pula, keadaan cucunya yang sekarang bersekolah di wilayah Condongcatur.
Menurut Asih, kemarin itu, ibunya Ponirah begitu terharu ketika menabur bunga di makam suaminya. Air matanya jatuh. Namun, ibunya itu tetap tegar menerima kenyataan.
Mereka mengunjungi makam dengan pengawalan dari tim SAR. Berangkat dari bawah sekitar pagi, mengendarai mobil off road. Karena medannya sulit ditempuh, perjalanan dilanjutkan dengan motor trail. Tiba di lokasi sekitar pukul 08.30 WIB.
"Saya, ibu, dan beberapa kerabat lain dibonceng tim SAR sampai ke makam. Kami mengunjungi makam di Srunen dan Sidorejo. Lalu dilanjutkan ke Kinahrejo," terangnya. Demikian catatan online Belajarblog80 tentang 40 hari Mbah Maridjan berpulang.