230 pesawat senilai Rp195 triliun
Lion Air secara mengejutkan membuat kesepakatan dengan Boeing untuk membeli 230 pesawat senilai Rp195 triliun. Pesawat itu terdiri atas 201 jenis 737 Maxz dan 29 next generation 737-900 ERs yang akan datang mulai 2017 hingga 2025.
Lion sendiri telah memesan pesawat Boeing sebanyak 178 pesawat sejak 2007-2017, sehingga total yang akan dimiliki Lion hingga 2025 sebanyak 408 pesawat Boeing. Jumlah ini melebihi pesawat yang dimiliki maskapai terbesar saat ini, Garuda Indonesia. Apakah langkah Lion Air ini dapat menggeser posisi Garuda?
Direktur Keuangan Garuda Indonesia, Elisa Lumbantoruan, menilai langkah Lion Air adalah positif. Menurut dia, upaya penambahan armada seharusnya diikuti oleh maskapai penerbangan lainnya. Hal ini menyangkut pelaksanaan Open Sky pada 2015. Garuda merasa langkah Lion itu tidak membuat maskapai pelat merah itu merasa tersaingi.
“Tidak, itu bukan saingan. Kami melihat langkah Lion Air adalah kebijakan yang positif, karena ini kan rencana jangka panjang,” kata Eliza saat dihubungi media di Jakarta, Jumat 18 November 2011.
Menurut Elisa, langkah Lion Air untuk menambah jumlah armadanya seharusnya diikuti oleh maskapai penerbangan lain. Hal ini penting untuk menghadapi Open Sky tahun 2015.
“Sebenarnya saya setuju dengan Direktur Utama Lion Air, Rusdi Kirana, bahwa ke depan kita harus menjadi tuan rumah dan bisa bersaing dengan negara tetangga dalam hal Open Sky,” ujarnya.
Dengan menjadi tuan rumah di negeri sendiri, lanjut Elisa, maka kita akan menguasi pasar Indonesia. Namun, semua ini juga diperlukan dukungan dan kerja sama dari pemerintah. Ini menyangkut infrastruktur, fasilitas, dan regulasi.
Untuk menghadapi Open Sky, Garuda memiliki program pengembangan dan revitalisasi bernama 'Quantum Leap'. Hingga 2015, Garuda Indonesia merencanakan untuk menambah armada dari yang saat ini sebanyak 89 pesawat menjadi 154 pesawat yang terdiri atas B737-800NG untuk domestik dan regional, A330-300/200 untuk jarak menengah dan sedang, serta B777-300ER untuk jarak jauh (longhaul) dengan rata–rata usia pesawat lima tahun.
“Garuda memiliki program pengembangan dan revatalisasi armada bernama Quantum Leap dan dengan program itu direncanakan menambah jumlah pesawat menjadi 154 pesawat dan 50 pesawat Citilink,” jelas Elisa.
Lion sendiri telah memesan pesawat Boeing sebanyak 178 pesawat sejak 2007-2017, sehingga total yang akan dimiliki Lion hingga 2025 sebanyak 408 pesawat Boeing. Jumlah ini melebihi pesawat yang dimiliki maskapai terbesar saat ini, Garuda Indonesia. Apakah langkah Lion Air ini dapat menggeser posisi Garuda?
Direktur Keuangan Garuda Indonesia, Elisa Lumbantoruan, menilai langkah Lion Air adalah positif. Menurut dia, upaya penambahan armada seharusnya diikuti oleh maskapai penerbangan lainnya. Hal ini menyangkut pelaksanaan Open Sky pada 2015. Garuda merasa langkah Lion itu tidak membuat maskapai pelat merah itu merasa tersaingi.
“Tidak, itu bukan saingan. Kami melihat langkah Lion Air adalah kebijakan yang positif, karena ini kan rencana jangka panjang,” kata Eliza saat dihubungi media di Jakarta, Jumat 18 November 2011.
Menurut Elisa, langkah Lion Air untuk menambah jumlah armadanya seharusnya diikuti oleh maskapai penerbangan lain. Hal ini penting untuk menghadapi Open Sky tahun 2015.
“Sebenarnya saya setuju dengan Direktur Utama Lion Air, Rusdi Kirana, bahwa ke depan kita harus menjadi tuan rumah dan bisa bersaing dengan negara tetangga dalam hal Open Sky,” ujarnya.
Dengan menjadi tuan rumah di negeri sendiri, lanjut Elisa, maka kita akan menguasi pasar Indonesia. Namun, semua ini juga diperlukan dukungan dan kerja sama dari pemerintah. Ini menyangkut infrastruktur, fasilitas, dan regulasi.
Untuk menghadapi Open Sky, Garuda memiliki program pengembangan dan revitalisasi bernama 'Quantum Leap'. Hingga 2015, Garuda Indonesia merencanakan untuk menambah armada dari yang saat ini sebanyak 89 pesawat menjadi 154 pesawat yang terdiri atas B737-800NG untuk domestik dan regional, A330-300/200 untuk jarak menengah dan sedang, serta B777-300ER untuk jarak jauh (longhaul) dengan rata–rata usia pesawat lima tahun.
“Garuda memiliki program pengembangan dan revatalisasi armada bernama Quantum Leap dan dengan program itu direncanakan menambah jumlah pesawat menjadi 154 pesawat dan 50 pesawat Citilink,” jelas Elisa.