Aliansi Jurnalis Independen
Fortuner SUV Terbaik. Hingga hari ini, Minggu (16/12/2012), Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mencatat terjadi 50 kasus kekerasan pada jurnalis di 2012. Angka ini relatif sebanding dengan kasus yang terjadi 2011 sebanyak 51 kasus.
Ketua AJI Indonesia, Eko Maryadi, mengatakan, tindak kekerasan yang menimpa jurnalis di 2012 sekitar 70-80 persen berupa kekerasan fisik.
Jumlah ini relatif lebih banyak dibanding 2011 yang berupa kekerasan verbal berupa intimidasi, ancaman melalui jalur hulum dan teror psikologis.
"Ancaman verbal dan jalur pengadilan menurun, namun kekerasan fisik pada jurnalis meningkat. Ini memprihatinkan mengingat penyerangan terhadap jurnalis samahalnya menyerang wakil publik yang dapat mengancam demokratisasi," kata Eko usai menutup Uji Kompeteni Jurnalis angkatan ketiga di Semarang, Minggu (16/12/2012) malam.
Menurutnya ada tiga penyebab terus terjadinya tindak kekerasan pada jurnalis. Pertama, adanya anggapan jurnalis tidak profesional dalam pemberitaan terkait pemberitaan politik jelang Pemilu 2014 dan pilkada di daerah. Dampaknya, pihak yang tidak suka berpotensi melakukan kekerasan.
Kedua,kinerja jurnalis yang getol memberitakan korupsi setahun terakhir membuat pejabat sipil maupun militer membenci jurnalis.
Ketiga, proses kekerasan yang tidak diusut tuntas tidak menimbulkan efek jera bagi pelaku sehingga terkesan terjadi pembiaran.
"Banyak pelaku kekerasan dilakukan oleh TNI dan Polri, namun sampai hari ini belum ada anggota Polri yang diseret ke pengadilan," kata Eko menyebut akan berusaha mengawal tiap kasus kekerasan pada jurnalis.
Ketua AJI Indonesia, Eko Maryadi, mengatakan, tindak kekerasan yang menimpa jurnalis di 2012 sekitar 70-80 persen berupa kekerasan fisik.
Jumlah ini relatif lebih banyak dibanding 2011 yang berupa kekerasan verbal berupa intimidasi, ancaman melalui jalur hulum dan teror psikologis.
"Ancaman verbal dan jalur pengadilan menurun, namun kekerasan fisik pada jurnalis meningkat. Ini memprihatinkan mengingat penyerangan terhadap jurnalis samahalnya menyerang wakil publik yang dapat mengancam demokratisasi," kata Eko usai menutup Uji Kompeteni Jurnalis angkatan ketiga di Semarang, Minggu (16/12/2012) malam.
Menurutnya ada tiga penyebab terus terjadinya tindak kekerasan pada jurnalis. Pertama, adanya anggapan jurnalis tidak profesional dalam pemberitaan terkait pemberitaan politik jelang Pemilu 2014 dan pilkada di daerah. Dampaknya, pihak yang tidak suka berpotensi melakukan kekerasan.
Kedua,kinerja jurnalis yang getol memberitakan korupsi setahun terakhir membuat pejabat sipil maupun militer membenci jurnalis.
Ketiga, proses kekerasan yang tidak diusut tuntas tidak menimbulkan efek jera bagi pelaku sehingga terkesan terjadi pembiaran.
"Banyak pelaku kekerasan dilakukan oleh TNI dan Polri, namun sampai hari ini belum ada anggota Polri yang diseret ke pengadilan," kata Eko menyebut akan berusaha mengawal tiap kasus kekerasan pada jurnalis.